Monitoring Provinsi Bengkulu

Sanitasi Berbasis Masyarakat di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama SANIMAS merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk memberikan akses terhadap sanitasi yang layak bagi penduduk Indonesia.

Sejak diluncurkan pada tahun 2003, sampai saat ini telah ada lebih dari 13.000 fasilitas sanitasi yang terbangun di seluruh Indonesia melalui beberapa program seperti SANIMAS Reguler, SANIMAS DAK, SANIMAS USRI, maupun SANIMAS IDB.

Dalam pengoprasionalan dan pemeliharaan sarana tersebut sangat lah vital peran dari masyarakat pengguna khususnya KSM/KPP yang merupakan organisasi yang memang ada untuk menjaga keberlangsungan sarana sanitasi tersebut.

Tanggal 1 Juni 2016 Aksansi sebagai wadah bagi perkumpulan KSM sanitasi seluruh Indonesia kembali melakukan salah satu kegiatan rutinnya yaitu monitoring dan evaluasi untuk mengukur kinerja KSM dan juga sarana sanitasi yang ada. 25 lokasi di 5 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi Bengkulu menjadi lokasi yang dipilih untuk dikunjungi, persiapan dilakukan tim monev dengan matang mulai dari tanggal 25 mei 2016. Sesuai jadwal tanggal 1 juni 2016 tim monev Aksansi tiba di “the land of rafflesia” sebutan bagi Kota Bengkulu.

KABUPATEN KEPAHIANG

Kamis 2 Juni 2016 Tim monev Aksansi berangkat menuju lokasi monev pertamanya di kab. Kepahiang yaitu di KSM Budi Luhur, disini kami mendapati terdapat sampah di bak pertama dalam IPAL seperti bungkus shampoo, sabun dan yang lainnya. Disini tidak ada perangkap lemak hanya ada bak kontrol smbungan rumah tangga sebelum air limbah di alirkan ke bak kontrol pemipaan utama. Ada yang sedikit terlihat berbeda di KSM Budi Luhur, operator di KSM ini memanfaatkan lahan di sekitar IPAL untuk dijadikan sebagai lahan kebun strawberry. Kemudian setelah selesai memonitoring kami langsung bergegas menuju bandara fatmawati untuk mengambil reagen dan kemudian memutuskan pulang hotel untuk analisis sample dan melanjutkan monitoring keesokan harinya.

KOTA BENGKULU

Terdapat 3 lokasi di Kota Bengkulu yang akan kami kunjungi dalam rangka monitoring dan evaluasi yaitu dua di Kecamatan Muara Bangkahulu dan satu di Kecamatan Selebar dan Semua sistem yang dipakai adalah Kombinasi. Lokasi pertama yaitu KSM Mandiri, Sesampainya dilokasi kami di sambut Ibu Zuhuriana selaku ketua KSM, disini kami dapati buangan air limbah dari rumah warga tidak didahului bak kontrol sambungan rumah tangga  dan perangkap lemak tetapi langsung di alirkan ke bak kontrol pemipaan utama, Bak Kontrol pemipaan utama diplester permanen sehingga tidak bisa kami periksa. MCK terlihat bersih, dan aula MCK dipakai sebagai tempat mengaji anak-anak disore hari. Selanjutnya KSM Pekan Sabtu kami kunjungi dan kami mendapati MCK dan IPAL Sanfab jaraknya tidak berdekatan. Bak kontrol juga diplester permanen sehingga tidak bisa kami periksa, bak pertama di IPAL terdapat material padat dan belum pernah dibersihkan. MCK jarang dipakai oleh masyarakat sekitar.

Berbeda dengan 2 lokasi yang lain, lokasi terakhir yaitu KSM Beringin Raya di Kecamatan Muara Bangkahulu kami menemukan masalah-masalah yang tidak ditemui di KSM sebelumnya yaitu mulai dari tembok MCK yang dicorat coret, MCK yang tidak terpakai dan tidak terwat, kran tempat cuci MCK yang rusak semua, sampai IPAL Sanfab yang ditimbun pasir pantai sehingga membuat kami tidak bisa melakukan pengecekan. Belum sampai disitu, karna sistem yang dipakai adalah Kombinasi, kami melanjutkan pengecekan ke rumah warga untuk melihat bak kontrol baik di pemipaan utama atau di sambungan rumah tangga, dan yang kami temukan adalah ada sekitar 20 buah bak kontrol yang belum dipasang, bak kontrol tersebut tergeletak di samping MCK dan di belakang rumah ketua KSM, tutu bak kontrol juga dijadikan pijakan jalan dan ada bak kontrol yang di fungsikan sebagai penyangga jemuran oleh warga. Pipa-pipa juga demikian masih banyak yang belum digunakan dan tergeletak di belakang rumah ketua KSM. Sedangkan bak kontrol yang sudah terpasang belum difungsikan sebagai mana mestinya, permasalahan-permasalahan tersebut kami harap akan dibenahi kedepannya oleh KSM terkait agak sarana yang sudah direncakan untuk program sanitasi berjalan dengan semestinya.

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Dua lokasi di Kabupaten Bengkulu Tengah menjadi target selanjutnya, lokasi pertama yang kami kunjungi adalah KSM Berseri di Desa Talang Emat, Sitem MIX adalah sistem yang dipakai KSM Berseri, sampai dilokasi kami melihat IPAL tertimbun kayu-kayu yang terbawa arus banjir, IPAL ikut terendam banjir. Belum semua warga desa talang empat menyambung sarana yang sudah ada karena terkendala biaya yang harus dikeluarkan untuk menyambungkan pipa yang mengalirkan air limbah rumah tangganya ke saluran pipa utama. Pemanfaatan sarana MCK disini tidak sebatas hanya untuk keperluan sanitasi saja, KSM dan warga sekitar membuat inovasi lain yaitu dengan pemanfaatan gedung MCK ini, mereka merubah ruangan di MCK menjadi tempat anak-anak sekitar menimba ilmu, mereka menggunakan ruangan tersebut untuk dijadikan Taman Kanak-Kanak. Pukul 12:00 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju KSM Sehat Sejahtera, tepat pukul 14:00 kami tiba di sana dan langsung bergegas menuju MCK. Setelah sampai kami mengecek IPAL Sanfab di sini, ternyata terdapat sampah dan lumpur di atas dinding pemisah yang mengindakasikan bahwa air limbah tersebut pernah meluap. Bak kontrol pun diplester permanen, lalu kami menyusuri pipa pembuangan dan mengambil sampel effluent untuk selanjutnya kami analisis

KABUPATEN KAUR

Hanya ada satu lokasi yang kami kunjungi di Kabupaten Kaur yaitu KSM Muara Sahung, 7 jam perjalanan yang ditempuh dari Kota Bengkulu intuk sampai di lokasi. Sesampainya di sana kami langsung bergegas menuju IPAL ditemani ketua dan sekertaris KSM Muara Sahung, kami mendapati air limbah dalam IPAL pernah meluap dengan terlihat adanya sampah di dinding pemisah. Kurang rutinnya OM yang dilakukan operator KSM membuat terdapatnya material-material padat di dalam IPAL. Air effluent di KSM ini mudah untuk diakses dan diambil sampelnya.

KABUPATEN SELUMA

Setelah kami melakukan monitoring 1 lokasi di Kabupaten Kaur kami melanjutkan untuk melakukan monitoring di 11 lokasi di Kabupaten Seluma. Dari semua lokasi di Kabupaten Seluma semua sistem yang dipakai adalah MCK dengan menggunaka IPAL berukuran medium sanfab.

Lokasi pertama yang kami kunjungi di Kabupaten Seluma adalah KSM Kembang Harapan di Kecamatan Semidang Alas Maras, sarana MCK disini tidak terawat, terdapat banyak sampah disekitar MCK, ada toilet yang dijadikan gudang, peletakan bangkai meja di depan pintu masuk toilet, dan masyarakat yang hanya menggunakan MCK di musim kemarau saja. Permasalahan-permasalahn tersebut yang kami jumpai disini.

Kami melanjutkan perjalanan ke 2 lokasi di Kecamatan Semidang Alas Maras yaitu KSM Harapan Maju dan KSM Serunting dan 1 lokasi di Kecamatan Talo Induk yaitu KSM Suni Indah, sarana MCK di 3 lokasi tersebut tidak digunakan, air limbah dalam IPAL masih jernih, warga menggunakan MCK ketika musim kemarau dan kebanyakan dari mereka hanya mengambil sumber air bersih yang ada di MCK untuk dibawa pulang. Untuk KSM Harapan maju kami juga mendapati bahwa pipa inlet pecah dan tidak ada pipa outletnya.

Hari selanjutnya kami mengunjungi 2 lokasi yaitu KSM Mandir di Kecamatan Ilir Talo dan KSM Mentari Pagi di Kelurahan Tanjung Agung. Di KSM Mandiri kami disambut dengan baik, sarana MCK terlihat terawatt dan bersih. Menurut penuturan Pak Didi Hardianto bahwa operator memang rajin membersihkan MCK, lokasinya yang memang berdekatan dengan masjid dan perkampungan warga membuat saran sering digunakan terlebih ketika sedang ada acara di masjid. Ketika tim monev Aksansi hendak mengukur ketinggian air dan lumpur dalam IPAL, kami melihat adanya sampah di atas dinding pemisah dalam IPAL yang berarti air limbah dalam IPAL pernah meluap.

Sedangkan di KSM Mentari Pagi ada kendala yang warga hadapi yaitu belum adanya sarana listrik didesa Tanjung Agung ini, mereka meggunakan genset ketika membutuhkan listrik. MCK terilhat kotor dan kurang terawat, ada bangkai kursi yang menutupi akses ke salah satu toilet, pintu ada yang jebol dan air yang digunakan bersumber dari sungai disamping MCK.

Hari kamis tanggal 9 Juni 2016 kami melakukan monitoring di dua lokasi yaitu KSM Bersama di Kecamatan Ulu Talo dan KSM Lintas Harapan di Kecamatan Sukaraja. Medan yang dilalui untuk menuju KSM Bersama terbilang sulit dan mobil kami tidak bisa menujun sampai lokasi dan membuat kami menyewa motor warga sekitar, ± 1,5 jam kami sampai lokasi, dengan didampingi oleh bapak Sidarsono selaku ketua KSM Bersama kami langsung melakukan monitoring, tidak ada kendala yang berarti dihadapi KSM Bersama, MCK terawat dan rutin dibersihkan, hanya saja belum semua warga menggunakan sarana MCK ini.

Setelah selesai kami langsung bergegas menuju KSM Lintas Harapan, disini MCK juga sama seperti yang sudah kami kunjungi yaitu MCK rutin digunakan ketika musim kemarau,dan selain mengguanakan sarana MCK warga juga banyak yang mengakses air bersih dari KSM ini ketika musim kemarau, ada tambahan uang kas ketika masyarakat sekitar ,mengambil air bersih dari MCK dengan di adakannya kotak amal seikhlasnya bagi warga yang mengambil air bersih disini. Terdapat sampah di dalam bak IPAL, dan air limbah dalam IPAL pernah meluap da nada beberapa kran di toilet yang rusak.

Setelah selesai memonitoring KSM Harapan kami memutuskan untuk pulang ke hotel dan menganalisis sampel yang kami dapatkan.

Kesokan harinya yang merupakan hari terakhir di Kabupaten Seluma kami melakukan monitoring di 2 Lokasi di Kecamatan Air Periukan yaitu KSM Maju Jaya dan Muara Lamban dan 1 Lokasidi Kecamatan Lubuk Sandi.yaitu KSM Gelora Sindur. Perjalanan dimulai dr KSM Maju Jaya dan kami mendapati bahwa MCK tidak digunakan, air limbah dalam IPAL jernih, pipa outlet tersumbat tanah, pulsa listrik di MCK habis, dan MCK tidak terawat. Itulah permasalahan-permasalahan yang ada di KSM Maju Jaya. Lokasi MCK yang jauh dari pemukiman warga juga menjadi salah satu factor MCK tidak digunakan menurut pemaparan ketua KSM Maju Jaya.

Selanjutnya kami lanjutkan perjalanan ke KSM Gelora SIndur dan lagi-lagi kami mendapat tantangan dengan ekstrim nya jalan yang harus ditempuh. Mobil jelas tidak dapat melewati rute ini, kami memutuskan untuk menyewa ojek yang memang khusus untuk ke desa Padang Capo Ulu Kecamatan Lubuk Sandi. Dilokasi MCK KSM Gelora Sindur kami melihat perubahan struktur IPAL, yaitu IPAL agak miring.

MCK jarang digunakan oleh warga sekitar, mereka lebih memilih untuk menggunakan toilet masing-masing. MCK sering digunakan hanya untuk wudhu bagi basyarakat yang hendak ke masjid karna lokasinya memang berdekatan dengan masjid. Setelah mendapatkan sampel effluent dan sudah mengukur tinggi air dan lumpur kami bergegas menuju lokasi terakhir yaitu KSM Muara Lamban, disini juga terdapat material padat di bak IPAL seperti kantong plastic, bekas bungku shampoo dan sabun, pembalut dan yang lainnya. Penggunaan teras didepan ruang operator menjadi sebuah lokasi pembuatan berbagai furniture menjadi pembeda dari KSM KSM lainnya yang ada di Kabupatren Seluma.

Secara keseluruhan sarana MCK di Kabupaten Seluma belum digunakan secara optimal, kurangnya perawatan dari masyarakat sekitar ataupun dari pengurus MCK juga membuat MCK terlihat kotor.

KABUPATEN MUKOMUKO

Kabupaten Mukomuko menjadi kabupaten terakhir yang kami kunjungi selama berada di Bengkulu, disini terdapat 7 lokasi yang akan kami kunjungi selama berada disini.
2 KSM yaitu KSM Tunas Harapan di Kecamatan Pondok Suguh dan KSM Maju Bersama di Kecamatan Sungaui Rumbai menjadi 2 lokasi pertama yang kami kunjungi selama berada di mukomuko.

Ketika berada di KSM Tunas Hrapan menggunakan sistem Kombinasi ini, kami mendapati ada penyumbatan di bak Inlet sehinggu menimbulkan luapan air di bak Inlet tersebut. 34 Bak kontrol pemipaan utama diplester permanen sehingga tidak bisa untuk kami cek keadaannya. Listrik di MCK juga masih menyambung ke rumah salah satu pengurus KSM yang bersebelahan dengan MCK tersebut.

Setelah selesai kami melanjutkan ke KSM Maju Bersama, disini kami mendapatkan hal yang mengejutkan, air limbah dari MCK ternyata tidak dialirkan ke dalam IPAL, melainkan dialirkan atau dibuang ke septictank yang masyarakat buat disamping MCK. Masyarakat beralasan dengan timbulnya bau yang menyengat ketika menggunakan IPAL yang sudah dibangun sangat membuat tidak nyaman, sehingga masyarakat sekitar memutuskan untuk membuat septictank sendiri dan tidak lagi mengalirkan dan membuangnya ke IPAL, dan semua itu tanpa sepengetahuan pengurus KSM.

Pengurus KSM tidak diajak berunding ketika warga membuat septictank disamping MCK. Tidak selesai dampai disana ternyata warga juga tidak lagi menyalurkan air limbah rumah tangganya ke IPAL, mereka menyumbat bak kontrol dengan batu sebagai bentuk kekecewaannya, dan membuat septictank pribadi masing-masing rumah, setelah kami melihat IPAL disana kami juga mendapati pipa inlet sudah tidak terpasang dengan baik, dilepas oleh warga dan pipa outlet pun demikian.

Hari kedua di Mukomuko kami melakukan monitoring di KSM Peduli Sehat dan KSM Sehat Bersama, IPAL di KSM Peduli Sehat di plester permanen sehingga membuat kami tidak bisa melakukan pengukuran tinggi air dan lumpur dan melihat kondisi didalam IPAL, buangan air effluent juga masuk ke dalam badan air sehingga tidak bisa untuk diambil sampel dan dianalisis. Di KSM Sehat bersama sistem yang digunakan yaitu sistem komunal, disini kami mendapati terdapat sampah di bak settler dan air limbah dalam IPAL pernah meluap dengan ditandai dengan adanya sampah di atas sekat dinding pemisah.

Hari terakhir kami akan melanjutkan untuk mengunjungi 3 lokasi terakhir di Mukomuko, lokasi pertama yaitu KSM Sepakat Bersama yang berada di Kecamatan Selagan Jaya, disini kami menemukan permaslahan yang baru yaitu pompa air MCK, kran air tempat cuci yang dicuri, sehingga membuat pengurus menyimpan semua peralatan yang ada di rumahnya untuk menghindari kehilangan yang lebih banyak. Karna ini sarana MCK menjadi tidak bisa berjalan. Permasalahan selanjutnya adalah IPAL diplester permanen sehingga membuat tidak terlaksananya proses pengecekan IPAL, kami kemudain hanya mengambil air sampel yang keluar dari pipa outlet untuk di analisis dan mengecek air bersih dari rumah ketua KSM.

Selanjutnya KSM Mulyasari, sistem yangdigunakan disini adalah sistem komunal. Ketika kami mengecek IPAL kami mendapati tebalnya secum di bak pertama sudah ± 60 cm dan bak ke dua 50 cm. Ada 34 sambungan rumah tangga yang terdaftar disini. Perjalanan dilanjutkan dilokasi terakhir dari monev provinsi Bengkulu yaitu KSM Sumber jaya, disini MCK sama sekali belum pernah digunakan semenjak pembangunan selesai. (alfan)