Terusikkah kita dengan fakta diatas? Atau tidak terpengaruh sama sekali karena itu kan bukan daerah sini?!
Namun bagi para Pengelola Air Limbah di Indonesia yang tergabung dalam forum justru fakta diatas inilah yang menggerakkan forum ini (FORKALIM) untuk menyelenggarakan lokakarya nasional di bandung pada September 2015 kemarin. Mengapa? Karena Limbah adalah urusan harga diri bangsa, sehingga dengan kata lain bisa dikonotasikan sebagai URUSAN BELAKANG yang dampaknya membuat sebuah negara bisa dikategorikan sebagai negara terbelakang atau tidak.
Kementerian Pekerjaan Umum mencatat rencana pembangunan sejak 2015-2019 tidak kurang dari 5.200 SANIMAS regular dan IDB; 200 unit IPAL Kawasan yang melayani minimum 200 KK; 50 IPAL Kota dan 182 IPLT untuk mencapai Universal Access. Upaya peningkatan akses Sanitasi ini diiringi dengan upaya advokasi, kampanye dan edukasi pembangunan Sanitasi ke seluruh level pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran Pemda akan pemenuhan kebutuhan Sanitasi Masyarakat dan pengembangan serta penerapan peraturan perundang-undangan.
Kementerian Lingkungan Hidup menargetkan penurunan beban pencemar setiap tahun sebesar 5%, sehingga pada akhir 2019 beban pencemar akan turun sebesar 30% melalui perbaikan kualitas air satu kelas. STrategi yang diterapkan adalah dengan melakukan pemantauan secara manual, otomatis dan online serta meningkatkan mitra strategis.
Mengapa? Karena 15 DAS Priotitas tersebut menjadi sumber air baku bagi kota Kabupaten yang dilalui. Implementasi dilapangan menjadi pembelajaran yang berharga sehingga peserta lokakarya nasional ini berkesempatan mencermati proses yang telah dan sedang dilakukan oleh Pemkot Surakarta, Propinsi Bali, Pemkot Banjarmasin, Pemkot Cimahi dan Kota Makassar.
Konsep pengelolaan air Limbah Kota Surakarta yang dihuni oleh lebih dari 500.000 penduduk, dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Sistem perpipaan / sewerage system akan mampu melayani 30 %,
2. Untuk sistem setempat (on site) septik tank, IPAL komunal, MCK sebesar 70 %, yang akan dikelola dengan model SISTEM LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL.
Potret Sanitasi yang disampaikan oleh UPTD Kota Cimahi memberikan gambaran lebih dari 30% Masyarakat yang tidak mengolah air limbahnya. Hal ini menjadi trigger pelaksanaan pembangunan Sanitasi yang melibatkan Masyarakat karena program tidak mungkin berhasil jika hanya dilakukan oleh Pemda saja tanpa ada partisipasi dari masyarakat sebagai penerima manfaat utama dalam pembangunan sektor air limbah.
Sebagai penutup, yang menarik dari lokakarya nasional ini juga adalah KPP USRI Dusun Tangkilan Kab Sleman diberi kesempatan untuk berbagi pengalamannya dalam mengelola Sanitasi Berbasis Masyarakat yang didapatkan dari program USRI sejak dibangun tahun 2014. Pemerintah Dusun Tangkilan dengan motto “Sigap dan Siap menuju Bersih Indah dan Sehat” membentuk Satuan Tugas (Satgas) dari warga sekitar dengan kegiatan yang disepakati untuk berkegiatan dalam hal:
1. Menjaga kebersihan sungan dan kolam
2. Menjaga kebersihan pekarangan, kebun, lahan kosong
3. Menjaga kebersihan jalan
4. Apotik Hidup – warung hidup dan tamanisasi
5. Menjaga kebersihan badan, kebersihan dapur, MCK dan tempat pemeliharaan binatang
6. Sarana fisik pendukung dan sebagai tenaga tanggap darurat
7. Administrasi dan koordinasi
8. Kebersihan umum
Dibawah ini adalah salah satu tugas Satgas V yang menurut saya paling sesuai untuk disampaikan.
Semoga lokakarya nasional ini akan membawa inspirasi baru bagi kita semua untuk kehidupan kita dan generasi setelah kita. (Prasetyastuti Puspowardoyo).