Pada 30 Juni 2016 kembali tim monitoring dan evaluasi AKSANSI melakukan kegiatan rutinnya, kali ini lokasi yang akan di kunjungi adalah provinsi Maluku dan provinsi Maluku Utara.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dari Yogyakarta menuju ternate, akhirnya pada tanggal 1 Agustus 2016 saya dapat melakukan kegiatan monitoring pertama di KSM Elang Tolire yang beralamat di kelurahan takome kecamatan pulau ternate. Sesampainya dilokasi saya disambut dengan baik oleh bapak taher ade selaku ketua KSM Elang Tolire, karena lokasinya yang dekat dengan wisata pantai sarana MCK disini juga kerap digunakan wisatawan yang hendak membersihkan diri setelah puas berlibur di pantai. Secara keseluruhan semua sarana yang ada masih dapat berfungsi dengan baik.
Setelah dari KSM Elang Tolire kami melanjutkan kunjungan monitoring di KSM Guaido yang lokasinya tidak terlalu jauh dari KSM Elang Tolire. Disini kami mendapati air limbah yang ada di dalam IPAL tidak lebih dari 30 cm tingginya, ketua KSM pun kaget ketika melihat keadaan di dalam IPAL karena selama ini belum pernah di buka oleh mereka. Di duga Vessel di KSM ini bocor, karena itu tidak ada air limbah yang keluar di pipa effluent.
Hari kedua monitoring kami mengunjungi KSM Mariolaha di kelurahan afe taduma kecamatan pulau ternate, terdapat 7 KK yang rutin menggunakan sarana MCK ini, iuran rutin berjalan dengan baik, setiap KK dikenai biaya sebesar Rp. 30,000,- setiap bulannya. Semua fasilitas yang ada di KSM Mariolaha berfungsi dan terawatt dengan baik, operator bahkan hamper setiap hari melakukan kegiatan OM di sarana ini. Pipa effluent yang dialirkan ke selokan juga membuat mudah kegiatan monitoring tim aksansi ketika hendak mengambil sample.
Hari ketiga kami melakukan perjalan ke desa dodinga, kecamatan jailolo selatan kabupaten Halmahera barat untuk melakukan monitoring di KSM Sangaji Hara. Setelah menyebrang dari ternate menuju jailolo sekitar jam 10.00 WIT kami tiba di lokasi. Setelah berbincang dengan ketua KSM dan mengunjungi lokasi kami mendapatkan masalah yaitu MCK belum digunakan dengan optimal dikarenakan sulitnya mendapatkan air bersih di desa ini.
Bukan hanya MCK yang kekurangan air bersih tetapi seluruh warga desa dodinga sulit untuk mendapatkan air bersih karena disini merupakan dataran tinggi. Pasokan air bersih dari PDAM dating dan didistribusikan setiap 4 sampai 5 hari sekali dan kuota nya tidak mencukupi kebutuhan masyarakat sekitar. Hamper semua warga disini menampung air hujan untuk menjadi air cadangan ketika air dari PDAM habis. Ada retakan yang cukup besar di dinding MCK, ini disebabkan gempa yang terjadi beberapa saat lalu.
Keesokan harinya tepat pukul 06:00 WIT saya sudah bersiap di pelabuhan bastiong ternate untuk melakukan perjalanan laut ke pulau makian di Halmahera selatan, disana kami akan mengunjungi KSM makam alongak, setelah 7 jam perjalanan akhirnya sampai di lokasi, sarana yang ada disini berfungsi dengan baik, ada 10KK yang menggunakan fasilitas MCK. Pipa effluent dialirkan ke saluran terbuka dan mudah diakses untuk pengambilan sample.
Setelah Halmahera selatan kami melanjutkan perjalanan ke patani utara di Halmahera tengah untuk berkunjung ke KSM Pantura. Secara umum kondisi fisik MCK dan IPAL masih baik, hanya ada pipa saluran air bersih yang menuju salah satu toilet bocor dan akan segera di perbaiki oleh ketua KSM Pantura. Air buangan disalurkan ke sumur resapan. Masyarakat disini mengeluh setelah adanya sarana MCK, rumah-rumah warga khususnya yang berada di sekitar MCK menjadi banyak nyamuk. Temuan tersebut yang membuat kekhawatiran ketua KSM.
Hari berikutnya saya memutuskan untuk kembali ke ternate untuk selanjutnya terbang ke kab. Maluku Tenggara, ada 4 lokasi yang akan kami kunjungi selama di pulau kei Maluku tenggara yaitu KSM Fang Fur, KSM Cemara, KSM Rajawali, dan KSM Fid In. Ada permasalahan yang baru kami jumpai di empat lokasi ini, semua KSM di empat lokasi ini ternyata sudah tidak aktif lagi semenjak pembangunan sarana selesai, semua system yang dipakai sama yaitu system komunal. Satu dari tiga lokasi disini belum oprasional yaitu di KSM Fid In, selain KSM sudah tidak aktif ternyata pembangunan belum semuanya selesai masih banyak pipa sambungan rumah tangga yang belum dipasang, pipa inlet yang pecah dan bak control yang rusak.
Kesimpulan monitoring di Maluku tenggara adalah masih kurangnya pemanfaatan fasilitas pengolahan air limbah yang sudah dibangun, kurangnya peran KSM yang pada mulanya dibentuk untuk menjadi motor penggerak keberlangsungan program sanitasi yang ada. Semoga kedepannya dinas setempat mampu untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada disana dan membuat program sanitasi di Maluku tenggara dapat berjalan dengan maksimal.