Perjalanan ke Phnom Penh, Kamboja, telah dikorespondensikan sebelumnya oleh Direktur BORDA Kamboja, Alex Campbell, sejak pertengahan Mei 2013 kemarin.
Yang didasari oleh ketertarikan Sekr. Aksansi dengan kenyataan negara Kamboja yang hanya terdiri dari 20% warganya yang berpredikat sarjana memiliki sarana Sanitasi Berbasis Sekolah (SBS) yang bisa berkelanjutan didalam operasional dan perawatannya.
Pertemuan di hari pertama tanggal 27 Mei 2013 yaitu diskusi dengan technical dan social officer yang memberikan penjelasan bagaimana SBS di Kamboja sejak awal di bangun sampai dengan kondisi di 2013. Selain diskusi, Aksansi juga diberi kesempatan untuk melihat contoh dokumen-dokumen Teknis di dalam TDS dan semacam Rencana Kerja Masyarakat sebagai kelengkapan dokumentasi proyek.
Pada hari berikutnya tanggal 28 Mei 2013, Aksansi melakukan kunjungan ke SBS yang berada 40 km dari kota Phnom Penh, SBS pertama adalah SBS Ban Kaeng yang merupakah salah satu sekolah yang berada di kawasan kaya dimana penduduk dan penyumbang dari sekolah ini merupakan pejabat negara sehingga bangunan masih terlihat baru. Sekolah ini mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah sebesar 7000 riel per siswa setiap tahun. Dengan total 700 siswa, sekolah ini mendapatkan dana pendidikan sekitar 1400 USD yang tidak saja dialokasikan untuk buku dan perawatan gedung namun juga perawatan SBS tersebut sehingga bisa menggaji operator sebesar 40 USD per bulan. Selain mendapatkan dana dari pemerintah, sekolah tersebut memanfaatkan fasilitas sekolah dengan sangat baik dimana lahan parkir yang penuh dengan sepeda terparkir rapi yang juga merupakan sumber pendapatan lain untuk sekolah dimana siswa-siswinya diminta untuk membayar parkir bulanan, serta sekolah menyewakan kantin untuk dikelola pihak ketiga sehingga mendapatkan penghasilan tambahan lain karenanya.
Kunjungan terakhir yaitu ke suatu sekolah yang sayangnya tidak seberuntung di Ban Kaeng. Mempunyai sekitar 500 siswa, sekolah ini hanya mengandalkan dana dari pemerintah yang jumlahnya sama sebesar 7000 riel per siswa per tahun dengan total dana sebesar 1000 Dollar Amerika untuk merawat sekolah, baik untuk menambah bangunan maupun untuk pengecatan. Sehingga sekolah ini tampak sangat berbeda dari sekolah pertama yang dikunjungi. Mereka tidak bisa menggaji operator SBS sehingga siswa sekolah disini dikaryakan untuk merawat dan membersihkan SBS pada hari-hari tertentu. Kondisi sekolah yang kusam disana sini mempertegas kesan betapa sekolah dasar di Phnom Penh sebagai ibu kota Kamboja tidak identik dengan sekolah yang sama seperti di negara kita, Indonesia. @Prast