Kebangkitan Kembali Setelah Revitalisasi Pengurus

Barangkali inilah yang disebut sebagai kebangkitan yang dialami oleh KSM “Balong Asri” Kota Mojokerto.  Setelah sekian lama mati suri kini KSM  yang ada di RT.02/RW.01 Lingkungan Balongcok Kelurahan Balongsari Kecamatan Magersari Kota Mojokerto bangkit kembali.

Hal ini terjadi karena adanya dorongan dari berbagai pihak yang menyayangkan akan keberadaan KSM “BalongAsri”.  Melihat kondisi ini pihak Aksansi mencoba untuk melakukan pendekatan  permasalahan apa sebenarnya terjadi di lingkungan KSM ini.  Menurut informasi dari berbagai sumber seperti ketua RT dan RW setempat, pihak operator dan masyarakat pengguna, bahwa ketua KSM Balong Asri ingin mengundurkan diri karena banyak kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan.  Kemudian sekretaris Aksansi Kota Mojokerto diwakili oleh Riani dan Pangki Suwito dari Pokja Aksansi berkoordinasi dengan Eko Subandi ketua RW.01 Lingkungan Balongcok dan Heru Wahyudi ketua KSM Balong Asri bersepakat untuk merencanakan pemilihan ketua baru. Akhirnya pada tanggal15 Maret 2014, melalui pertemuan RT disaksikan oleh maka berdasarkan hasil musyawarah terpilih sebagai ketua baru adalah Sunardi.   Kelengkapan kepengurusan lainnya adalah sekretaris Siti Machrufah, Bendahara Dwi, operator Sunarto.

Sejak adanya revitalisasi pengurus inilah KSM “Balong Asri” mulai bangkit.  Langkah pertama yang dilakukan oleh Sunardi Ketua KSM dibantu oleh ketua RT setempat mengadakan kerja bhakti bersama warga.

Dengan melihat kondisi fisik sanimas bagian mana saja yang mengalami kerusakan mulai dari kran air, dan bagian – bagian lain yang sekiranya perlu difungsikan kembali. Melakukan pembersihan dan pengecatan termasuk juga menurunkan tendon air yang selama ini mengalami kebuntuan.  Sunardi tidak segan-segan menurunkan tendon tersebut untuk dibersihkan sehingga dapat berfungsi dengan lancar.  Alhamdulillah alhasil secara fisik semua dapat normal kembali hanya permasalahn biogas yang belum dapat diaktifkan kembali karena memerlukan penanganan khsusus. Sementara inovasi yang dilakukan oleh Balong Asri adalah bekerjasama dengan pengusaha warung yang dekat lokasi Sanimas.  Warung ini adalah warung yang baru buka setiap malam banyak pengunjung yang  datang dan hanya menempati lesehan diatas trotoar sepanjang jalan kampong. Untuk menghindari terganggunya jalan kampong, pemilik warung memindahkannya lesehan kelokasi Sanimas.  Sehingga para pengunjung tidak mengganggu lalu lintas jalan. Kemudian setiap bulan KSM Balong Asri menerima kontribusi  dari pemilik warung sebesar Rp. 50.000,- dan biaya bayar listrik ditanggung oleh pemilik warung.

Semangat itu juga didorong dengan adanya Sanimas Aword yang diselenggarakan oleh Bappeko Mojokerto setiap tahun.  Sejak tahun 2010 Pemerintah Kota Mojokerto menyelenggarakan Sanimas Award ini hingga saat ini, namun KSM Balong Asri baru tahun 2014 ini mendapatkan juara pertama.  Padahal Sanimas ini adalah merupakan sanimas percontohan sejak awal berdirinya sanimas di Indonesia pada tahun 2003 lalu. Dalam perjalanan sejarah pembangunan Sanimas, KSM Balong Asri adalah sanimas yang pertama kali dipulau jawa dari 6 daerah Kab/Kota di Indonesia.  Pada saat itu penuh dengan liku-liku karena sempat terjadi penolakan oleh masyarakat.  Padahal Lingkungan Balongcok sangat memenuhi syarat untuk dibangun lokasi sanimas.  Sebab pada tahun 2003 saat itu masih banyak masyarakat yang Buang Air Besar di sembarang tempat (BABS).  Seperti di got/saluran, sawah, dan pekarangan yang kosong. Kalaupun ada yang buat WC itu hanya bersifat sederhana “plung plas” alias WC kapan terbang karena berdiri diatas saluran dan tinjanya langsung jatuh ke saluran dibawahnya diatas hanya ada penutup badan.

Sejak sanimas masuk, ke lokasi ini dan bangunan sanimas telah selesai hingga dapat difungsikan, masyarakat di sekitar mulai merubah kebiasaannya dari BABS pindah ke Sanimas.  Sesungguhnya inilah yang menjadi tujuan utama dibangunnya sanimas yang mampu merubah perilaku masyarakat masalah sanitasi.  Setelah melihat keberhasilan Sanimas yang dulu dipandang sebelah mata kini sanimas benar-benar dapat diterima dan menjadi kebutuhan bagi masyarakat.  Sejak itulah pada tahun-tahun berikutnya pembangunan Sanimas menyentuh di wilayah Kelurahan lain sudah tidak terlalu sulit untuk mengkondisikan masyarakat, bahkan dari  tahun ketahun sanimas menjadi rebutan oleh wilayah Kelurahan.  Namun  persoalan yang masih muncul adalah tidak tersdianya lahan, sehingga sanimas tidak bisa terealisasi.  (riani)