Monitoring 13 Lokasi DEWATS Fiber di Kepulauan Riau

sebagai bentuk pendekatan penelitian fasilitas sanitasi yang telah dibangun (MCK maupun IPAL Komunal). Monitoring yang dilakukan meliputi pengkajian 4 aspek utama yaitu aspek teknis, social, kelembagaan KSM dan aspek keuangan. Kegiatan monitoring ini dilakukan setelah bangunan IPAL Fiber sudah beroperasional lebih dari 6 bulan. Hasil yang didapatkan nantinya berguna sebagai acuan pembelajaran untuk aplikasi proyek yang sama sehingga bisa meminimalisir kesalahan atau eror yang menyangkut 4 aspek utama yang sudah disebutkan diatas.

Baru-baru ini, AKSANSI mengadakan kegiatan monitoring di tempat yang begitu fantastik. Adalah Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan Provinsi muda dengan sebagian besar wilayahnya lautan. Terletak di selatan Laut Cina Selatan dan berbatasan langsung dengan negara tetangga, membuat Provinsi ini begitu jauh dengan keramaian. Tak pelak jika isu-isu sanitasi juga menjadi hal yang diprioritaskan di sini, karena kurangnya lokasi pengolahan limbah yang memadai.

Alhasil, dibangunlah bangunan IPAL dengan bahan fiber, karena mengingat wilayahnya yang sebagian besar lautan. Pemilihan bahan fiber digunakan karena bisa dipindah-pindah jika diperlukan, apalagi beberapa lokasi pembangunan IPAL di atas laut. Hal ini membuat tantangan sendiri bagi tim monitoring AKSANSI karena berjipaku dengan panas dan jauhnya lokasi satu dengan lokasi lain, karena harus memakai transportasi kapal.

Lokasi pertama yang dijadikan monitoring adalah di Tanjung Pinang sebanyak 2 lokasi. Kemudian beranjak di KAbupaten Kepulauan Anambas sebanyak 2 lokasi. Setelah itu, mengarungi lautan ke utara dari Kepulauan Anambas selama 10 jam via kapal feri, sampai ke Kepulauan Natuna. Di sana tim monitoring mendapati 5 lokasi. Dan lokasi terakhir yakni kembali ke Pulau Batam dengan titik lokasi sebanyak 4 lokasi. Total lokasi ada 13 titik dengan pembagian 3 MCK dan 10 Komunal terbagi rata di seluruh Kepulauan Riau.

Kegiatan monitoring ini juga memberikan manfaat kepada para KSM karena KSM bisa bertanya langsung tentang permasalahan di lapangan. Selain itu, melakukan kegiatan HIA (Health Impact Assessment) kepada warga KSM dengan menanyakan seputar kesehatan dan perilaku hidup sehat setelah dibangun IPAL di daerahnya. (Bagas)