Monitoring AKSANSI di Nusa Tenggara Timur

AKSANSI (Asosiasi KSM Sanitasi Seluruh Indonesia) kembali melakukan monitoring dan evaluasi dalam rangka keberlanjutan dari sarana Sanitasi yang ada di indonesia.

Kegiatan monitoring kali ini dilakukan di 3 Kabupaten yang ada di Provinsi NTT tepatnya di Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Timor Tengah Selatan, dan Kab. Ende dengan jumlah 15 lokasi.

Pada tanggal 10 Oktober 2015 perjalanan monitoring dimulai dari Yogyakarta menuju Kupang, dan kemudian dilanjutkan menuju Kabupaten TTS. Sebelum melakukan monitoring, sebelum monitoring tim terlebih dahulu mengajukan surat ijin atau sebagai pemberitahuan kepada dinas PU setempat (Kabupaten) agar dinas terkait juga mengetahui adanya kegiatan monitoring sebagai tindakan pasca konstruksi dan merupakan bagian dari garansi IPAL.

Menurut Kepala Bidang Sanitasi di Cipta Karya Kab. TTS ini, kedatangan tim Aksansi terlalu dini untuk melakukan monitoring sarana Sanitasi yang ada di Kab TTS, sedangkan masih banyak sarana yang dalam pembangunannya belum rampung. Hal ini dikarenakan pembangunan yang terhambat karena masyarakat sangat terkendala dengan pekerjaan pribadi masing-masing. Untuk itu, Tim hanya disarankan untuk memonitoring 3 dari 6 lokasi yang ada di Kab. TTS.

Lokasi-lokasi yang dikunjungi diantaranya KSM Paloil To yang terletak di pasar inpres Kota Soe, KSM Manek To yang terletak di pasar Niki-niki yang merupakan kecamatan bagian Timur Kab. TTS yang berbatasan langsung dengan Kab. TTU, dan juga KSM Nekmese yang berada di bagian paling selatan Kab. TTS, yang jarak tempuh cukup jauh dan akses menuju lokasi cukup sulit.

KSM Paloil To, KSM ini baru saja selesai dalam pembangunan fisik dan hanya listrik saja yang belum. Menurut pak ketua KSM Paloil To, “mungkin untuk sementara di paralel dari ruko yang ada dipasar agar secepatnya dapat dilaksanakan serah terima sehingga sarana dapat operasional dengan segera sambil menunggu pemasangan dari PLN”.

KSM Manek To, KSM ini belum selesai dalam pembangunan fisik kira-kira masih 80 % dari rampung menurut pak ketua KSM. “Pagar, pipa distribusi air, listrik serta sumur resapan masih belum selesai” tutur pak ketua KSM Manek To.

KSM Nekmese, KSM ini merupakan satu-satunya KSM yang sudah serah terima dan sudah operasional. Dari segi pengguna cukup baik, karena berada di tengah-tengah pemukiman, sekolah, tempat ibadah, dan kantor desa. Untuk saat ini ada beberapa kendala seperti susahnya mendapatkan air bersih selagi kemarau panjang, dan IPAL yang di timbun dengan pasir dan bebatuan sehingga menyulitkan operator dalam O&M.

Perjalanan monitoring dilanjutkan menuju Kabupaten selanjutnya yakni Kab. Timor Tengah Utara (TTU) dengan ibukota Kefamenanu atau sering disebut Kota Kefa. Di Kab. TTU ini sarana sanitasi yang akan dimonitoring sudah rampung seluruhnya, tetapi semua sarana belum serah terima sehingga masih belum digunakan. Ada juga beberapa lokasi yang sudah digunakan dari total 5 lokasi yang berada di Kab. TTU ini, tetapi belum ada iuran dari pengguna karena belum serah terima sehingga belum berani mengambil keputusan dalam management keuangan KSM.

Dari total 5 titik lokasi yang ada di Kab. TTU ini, 3 diantaranya sama sekali belum terpakai atau tidak ada aktivitas penggunaan sama sekali yakni KSM Kasih, KSM Sumber Kasih, dan KSM Tunmuni. KSM kasih sendiri belum memiliki pasokan listrik dari PLN, serta pengunci untuk IPALnya diganti menggunakan besi  dan di las mati, sehingga manhole tidak dapat dibuka sama sekali. Alasannya karena anak-anak sering membuka manhole, dan memasukkan batu kedalam IPAL. Untuk KSM Sumber kasih sudah lengkap semuanya, hanya menunggu serah terima kemudian digunakan. Untuk KSM Tunmuni juga belum memiliki pasokan listrik, air serta kondisi MCK kelihatannya tidak terawat sama sekali.

Sedangkan 2 titik dari total 5 lokasi di Kab. TTU ini sudah ada aktivitas pengguna atau pemanfaatan dari masyarakat walaupun belum dilakukan serah terima sehingga untuk iuran dan operator memang belum berjalan.

KSM Tabua Tob

Setelah selesai dengan Kab. TTU dan Kab. TTS di pulau Timor NTT, perjalanan monitoring kemudian dilanjutkan menuju Kab. Ende yang berada di pulau Flores NTT. Total lokasi yang akan di monitoring di Kab. Ende berjumlah 4 dan jarak antar lokasi terbilang cukup jauh tetapi untuk aksesnya cukup baik, ditambah lokasi yang berada di dekat jalan utama penghubung antar Kabupaten sehingga cukup memudahkan tim dalam memonitoring di Kab. Ende.

Sarana yang ada di Kab. Ende ini tidak jauh berbeda dengan yang ada di kab TTU dan Kab. TTS, yakni belum dilakukan serah terima antara pemerintah dan masyarakat, tetapi ada beberapa juga yang sudah digunakan seperti KSM Nuataubararia yang lokasinya sekitar 40 KM dari Kota Ende. KSM ini berada di dekat terminal dan pasar, sehingga tingkat pengguna cukup banyak. Sarana ini dibuka 24 jam ketika hari pasar yakni 2 kali dalam seminggu, sedangkan selain hari pasar hanya dibuka pagi dan sore hari saja.

Selanjutnya sarana yang juga sudah digunakan atau operasional di Kab. Ende yakni KSM Pantai Indah yang berada di Kota Ende tepatnya di kompleks pertokoan, pasar, dan pelabuhan. Sarana ini baru saja diresmikan kira-kira seminggu sebelum tim datang untuk memonitoring dilokasi tersebut. Karena letak yang sangat strategis dan manajemen kepengurusan KSM yang baik, sarana ini berfungsi dengan sangat baik dari segi pengguna, iuran serta perawatan fisik. Biogas juga berfungsi dengan baik hanya saja belum dimanfaatkan saat ini, juga untuk pembersihan sekam dalam IPAL belum dilakukan.

Sedangkan untuk 2 lokasi lainnya di Kab Ende yang belum operasional karena belum diresmikan atau serah terima adalah KSM Bitha Permai yang lokasinya juga berada di pusat Kota Ende dan KSM Biri Kaja yang berada 70 KM dari Kota Ende. Untuk KSM Bitha Permai masih terkendala listrik dan juga air, serta kondisi fisik sarana ini sangat kurang terawat. Sementara untuk KSM Biri Kaja sudah lengkap semua, hanya menunggu serah terima agar secepatnya dapat operasional.

Demikian kegiatan monitoring yang dilakukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur di 3 Kabupaten dengan 15 titik lokasi ini, diharapkan dengan kedatangan tim monitoring dapat menambah capacity building baik untuk operator, pengguna, dan semua yang terlibat dalam KSM dalam menjaga, memelihara, merawat, serta mengoperasikan sarana agar dapat berfungsi secara optimal dan berkelanjutan.