Monitoring AKSANSI di Sulawesi Utara

11 November 2015, Aksansi sebagai motor keberlanjutan sarana Sanitasi yang tersebar di seluruh Indonesia kembali melakukan kegiatan monitoring untuk mengetahui bagaimana keberlanjutan sebuah KSM baik dalam penggunaan, perawatan serta pemeliharaan terhadap sarana Sanitasi tersebut,

dan juga sebuah keberhasilan Instalasi Pengelolaan Air Limbah dalam memenuhi baku mutu air buangan agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Monitoring kali ini berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara tepatnya di 4 Kabupaten yakni Kab. Kep. Talaud, Kab. Bolaang Mongondow, Kab.Bolaang Mongondow Utara dan, Kab. Bolaang Mongondow Timur, dengan jumlah lokasi yang akan dimonitoring seluruhnya berjumlah 20 titik lokasi dan sistem yang digunakan yakni MCK dan Sambungan Rumah atau Komunal (SSS).

Kepulauan Talaud, merupakan Kepualauan yang berada bagian utara Indonesia yang berbatasan dengan Negara Filipina. Kepulauan ini menjadi salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara yang dikunjungi tim Aksansi dalam memonitoring sarana Sanitasi, khususnya IPAL Sanfab. Di Kab. Kep. Talaud ini memiliki 10 titik lokasi yang akan dimonitoring. KSM pertama yang dikunjungi berada di pulau yang berbeda yakni di pulau Kabaruan, dengan waktu tempuh 1 jam menggunakan speedboat dari pulau Talaud. KSM Citra Abadi Desa Kordakel di pulau Kabaruan, KSM ini sudah digunakan dengan baik walaupun penggunanya hanya 5 KK. Sarana dengan sistem MCK ini dirawat dengan cukup baik oleh pengguna sendiri sehingga tidak ada operator khusus dalam perawatan dan pemeliharaan MCK, dan pengguna sendiri belum mengetahui tetang pembersihan sekam dalam IPAL.

Selanjutnya KSM Lentean dan KSM Palilong yang berada di pulau yang berbeda juga, yakni pulau Lirung. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit dari pulau Talaud, juga dengan menggunakan speedboat untuk transportasi antar pulau-pulau ini. KSM Lentean dan Palilong ini sama sekali belum digunakan, untuk KSM Lentean sendiri terlihat baru saja selesai dalam pembangunan fisiknya. Untuk listrik dan air masih belum, tetapi sudah mendaftarkan ke PLN untuk pemasangan. Sedangkan KSM Palilong sendiri juga belum digunakan karena IPAL terangkat akibat pergerakan tanah, sehingga pipa penghubung IPAL sendiri baik inlet maupun outletnya terputus. Kondisi seperti ini membutuhkan penangan yang cepat, agar sarana dapat berfungsi dan berjalan dengan baik.

Total 3 Lokasi KSM yang berada di pulau yang berbeda dengan pulau Talaud, sedangkan untuk KSM yang berada di pulau Talaud total berjumlah 7 lokasi. KSM selanjutnya yakni yang berada di pulau Talaud dan yang telah digunakan hanya 2 lokasi yakni KSM Berdikari dan KSM Maju Bersama. KSM Berdikari cukup baik dalam penggunaan, perawatan, serta pemeliharaan walaupun tidak memiliki operator khusus dalam O&M, hanya saja belum mengetahui tentang perawatan IPAL terutama pembersihan sekam yang harus dilakukan setiap bulannya. Sedangkan untuk KSM Maju Bersama terlihat sangat kurang diperhatikan kebersihannya karena tidak adanya operator, dan para pengguna juga yang tidak peudli terhadap kebersihan sarana MCK tersebut.

Untuk 5 lokasi KSM lainnya yang berada di pulau Talaud ini masih belum digunakan atau operasional dengan beberapa kendala seperti listrik yang belum ada, air bersih, belum dilakukannya serah terima antara Pemerintah dengan masyarakat, pembangunan fisiknya yang belum rampung, serta berbagai macam kendala lain diantaranya KSM Sambuara dan KSM Dara wola yang masih terkendala dalam pembangunan. Sedangkan untuk 3 lokasi lainnya yakni KSM Nabuwun, KSM Serasi, dan KSM Suka Maju terkendala dalam listrik, air, dan juga belum serah terima.

Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Kab. Bolaang Mongondow Utara atau yang biasa disingkat Bolmut. Di Kab. Bolmut ini sarana yang dimonitoring berjumlah 6 lokasi, dan sistem yang digunakan berupa Komunal atau sambungan langsung dari rumah-rumah para pengguna menuju IPAL. Kendala yang dihadapi dalam monitoring dengan sistem komunal ini adalah cover atau pelindung luar untuk IPAL berupa beton, dan biasanya penutup beton untuk mengakses manhole juga diplester semen sehingga tim monitoring kesulitan sangat kesulitan untuk mengakses. Beberapa KSM di Kab. Bolmut ini dapat di lakukan pengukuran atau analisa sample, dan ada juga yang tidak dapat dilakukan karena terkendala dalam mengakses IPAL maupun pipa outlet untuk pengambilan sample. KSM yang dapat dilakukan pengukuran diantaranya KSM Sapa Sejati, KSM Amanah, dan KSM Kompak. Sedangkan KSM Andegile, KSM Ipilo, dan KSM Bersemi sama sekali tidak dapat diakses untuk dilakukan pengukuran sample. Temuan untuk KSM Andegile sendiri yakni IPAL yang digunakan penuh dan meluap karena outlet atau buangan yang lebih tinggi dari pada IPAL.

Selanjutnya monitoring dilanjutkan menuju Kab. Bolaang Mongondow yang biasa di singkat Kab. Bolmong. Di Kabupaten ini hanya terdapat 1 lokasi untuk dimonitoring dengan sistem yang sama dengan Kab. Bolmut yakni Sambungan Rumah atau Komunal. KSM ini juga tidak jauh berbeda dengan KSM lainnya yang ada di Bolmut, dengan kondisi IPAL juga dicover beton, bak kontrol dan perangkap lemak yang juga di plester mati, serta kondisi pipa outlet yang langsung mengarah ke dalam sungai, sehingga tidak bisa mengakses effluent atau sample untuk dilakukan pengukuran.

Berlanjut menuju Kab. Bolaang Mongondow Timur yang biasa di singkat Boltim dan juga merupakan Kabupaten terakhir yang dikunjungi untuk kegiatan monitoring di Provinsi Sulawesi Utara ini. Di Kab. Boltim ini terdapat 3 lokasi yang akan dimonitoring dengan sistem MCK yakni KSM Mekar Sejati, KSM Melati, dan KSM Srikandi. KSM Mekar Sejati digunakan dengan cukup baik tetapi kondisi MCK kurang terawat karena belum adanya operator, serta para pengguna yang kurang memperhatikan kondisi kebersihan MCK. Untuk IPAL juga dicover beton, sehingga cukup sulit untuk melakukan pemeliharaan IPAL seperti pembersihan sekam dan lain sebagainya. Untuk KSM Melati juga sudah digunakan dengan baik, dengan jumlah pengguna yang cukup banyak dipagi dan sore hari. Untuk iuran dari pengguna belum ada, sementara masih ditanggung oleh pak Sekdes dalam pembelian pulsa listrik serta untuk kebersihan MCK para pengguna sendiri yang membersihkan. Sedangkan untuk IPAL sengaja ditimbun tanah agar tidak membahayakan anak-anak yang biasa bermain di sekitar sarana MCK tersebut. Terakhir KSM Srikandi, KSM ini sudah menggunakan inovasi di KSMnya yakni Effluent atau hasil buangan dari IPAL digunakan untuk kolam ikan. Kondisi MCK ini sangat baik, terawat dan bersih, tetapi dari jumlah penggunanya masih terbilang sedikit karena berada di tengah kompleks perumahan.

Demikian kegiatan monitoring yang dilakukan di Provinsi Sulawesi Utara di 4 Kabupaten dengan 20 titik lokasi ini, diharapkan dengan kedatangan tim monitoring dapat menambah capacity building baik untuk operator, pengguna, dan semua yang terlibat dalam KSM dalam menjaga, memelihara, merawat, serta mengoperasikan sarana agar dapat berfungsi secara optimal dan berkelanjutan.