Kabupaten Kulon Progo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, Ibu Kotanya adalah Wates.
Kabupaten ini berada dibagian paling barat Provinsi D.I. Yogyakarta, terdiri dari 12 Kecamatan, yang terbagi menjadi 88 Desa dan Kelurahan, serta 930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun). Bagian Timur Kabupaten Kulon Progo Berbatasan Langsung dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, bagian Selatan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, dan disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Nama Kulon Progo sendiri memiliki arti sebelah barat Sungai Progo (kata “kulon” dalam Bahasa Jawa artinya barat). Kali Progo membatasi kabupaten ini di sebelah timur sedangkan Pusat pemerintahan di Kecamatan Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari pusat Ibukota Provinsi DIY yang berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa.
Sebagai Kabupaten yang berada di barat Provinsi D.I. Yogyakarta tentunya keberadaan AKSANSI Daerah sangat dibutuhkan dalam kegiatan yang berkaitan dengan Pre-monitoring dan Monitoring sarana sanitasi baik IPAL Komunal ataupun MCK++ yang didanai oleh Pemerintah melalui Program SLBM dan SANIMAS. Secara legal formal AKSANSI Daerah Kulon Progo sendiri telah terbentuk dengan dilakukanya penandatanganan MoU pada 02 Februari 2015 dengan demikian kegiatan yang berkaitan dengan Pre-monitoring dan Monitoring sarana sanitasi yang ada di Kabupaten Kulon Progo dapat dijalankan oleh Pengurus AKSANSI Daerah Kulon Progo dengan didampingi oleh Sekretariat AKSANSI Pusat. Jumlah sarana sanitasi IPAL Komunal dan MCK++ yang ada di Kabupaten Kulon Progo berjumlah ± 21 sarana yang tersebar di beberapa Desa dan Kecamatan. Di Kabupaten Kulon Progo terdapat 4 sarana sanitasi MCK++ yang dilengkapi dengan Biodigester sebagai tempat terproduksinya gas metan yang berasal dari limbah MCK++ (aktifitas BAB/BAK), proses terbentuknya gas melalui proses fermentasi yang terjadi di dalam instalasi biodigester. Proses ini akan berjalan dengan baik apabila limbah yang masuk ke dalam digester hanya berupa kotoran atau urine saja, sedangkan untuk limbah dari aktifitas dapur, mandi, dan cuci tidak disalurkan kedalam digester karena akan berpengaruh terhadap proses fermentasi.
Dari 4 sarana sanitasi yang memiliki Biodigester hanya 2lokasi yang masih berfungsi dengan baik, meskipun terkendala dengan jumlah pengguna, namun setidaknya dilokasi tersebut sudah dapat menikmati gas hasil dari proses fermentasi. Lokasi pertama berada di KSM Sehati yang berada di Dusun Nganti, RT 66 / RW 28, Kel. Hargotirto, Kec. Kokap, karena keberadaanya di pasar sehingga mayoritas pengguna adalah pedagang, selain itu ada beberapa 13 sambungan rumah yang tersambung dengan IPAL. Lokasi ke-2 adalah KSM Rumpin yang berada di Segajih, Kel. Hargotirto, Kec. Kokap, disini sistem yang dibangun sama dengan KSM Sehati, yang berbeda adalah jumlah sambungan rumah yang masuk ke IPAL hanya 5 sambungan rumah saja, selebihnya berasal dari MCK. Selain 2 lokasi yang masih aktif dengan biogasnya ada 2 lokasi yang terkendala dengan permasalahan air dan pengguna yaitu KSM Ngudi Saras yang berada di Kp. Kriyanan, RT 33 / RW 15, Kel. Wates, Kec. Wates sarana yang terbangun adalah MCK++ 2007, ini adalah pilot project pertama yang ada di Kab. Kulon Progo namun karena terkendala air sarana MCK++ ini sekarang ditinggalkan oleh pengguna dan dibiarkan mangkrak. Namun ada keinginan dari warga yang disampaikan kepada Pengurus AKSANSI Daerah untuk mengaktifkan kembali sarana yang telah lama terbengkalai, sudah dilakukan komunikasi antara Pengurus AKSANSI Daerah dengan pihak PDAM untuk memberikan akses air bersih yang dapat digunakan di MCK++ tersebut. Meskipun baru tahap komunikasi namun setidaknya ada angin segar yang dapat menjadikan MCK++ KSM Ngudi Saras dapat kembali dipergunakan. Lokasi terakhir yang memiliki masalah dengan pengguna adalah KSM Rukun yang berada paling barat dari kota wates yaitu di Conegaran, RT 25 / RW 10, Kel. Triharjo, Kec. Wates, sarana ini dibangun pada tahun 2010 melalui Program Sanimas namun saat ini sarana MCK++ tidak dipergunakan secara maksimal dan masih dalam proses komunikasi dengan beberapa pihak yang ada di internal dusun untuk mengoptimalkan penggunaan sarana MCK++ yang telah dibangun diwilayahnya.
Pada kesempatan ini Sekretariat AKSANSI Pusat dan AKSANSI Daerah Kulon Progo melakukan perbaikan sarana instalasi sambungan biogas yang ada di KSM Rumpin, di lokasi ini telah terpasang jaringan biogas dan telah digunakan oleh 1KK yang berada tidak jauh dari lokasi MCK++. Kondisi sarana instalasi yang terpasang masih baik dan dapat dipergunakan, namun ada beberapa komponen pendukung dari sarana instalasi biogas yang perlu dibenahi, sarana tersebut antara lain, pemasangan kran utama (main valve) yang ada di pipa utama digester, pembuatan water trap (perangkap air), penggantian manometer, dan penggantian kompor. Pada proses ini seluruh paket material yang diperlukan dalam kegiatan rehabilitasi ini berasal dari Sekretariat AKSANSI Pusat, sedangkan untuk penerima manfaat diminta swadaya untuk menyediakan kebutuhan pipa sambungan rumah dan beberapa material diluar paket, dengan prosentase swadaya adalah 60% dari AKSANSI Pusat dan 40% dari calon penerima manfaat sambungan rumah, kegiatan ini berlangsung pada 25 November 2015. Hasil dari kegiatan ini yaitu telah terpasangnya instalasi sambungan rumah tangga yang berada di rumah bapak Karjono, meskipun tekanan gas yang dihasilkan tidak besar namun setidaknya gas yang sudah terproduksi dapat dimanfaatkan oleh penggunanya dengan rutin. Dengan demikian kondisi digester akan tahan lama, karena gas yang terproduksi selalu terbuang dan terbakar dengan rutin untuk aktifitas memasak dan merebus air. Jika gas yang tertampung didalam digester tidak rutin dibakar dalam waktu yang lama, maka hal ini akan mempercepat kerusakan digester dan komponen lainya.
Ini adalah salah satu contoh kecil pemanfaatan biogas yang berasal dari sistem sarana sanitasi MCK++ yang ada, dan masih banyak lagi sarana-sarana lain yang ada diseluh indonesia yang belum memaksimalkan penggunaan biogas sebagai sumber energi terbaharukan, maka dari itu besar harapan kami kepada seluruh pengurus KSM yang ada diseluruh indonesia yang memiliki sarana MCK++ dengan biogas gunakan dan manfaatkanlah gas yang telah terproduksi, selain bermanfaat energi terbaharukan ini tidak akan ernah habis dan selalu terbentuk dengan memaksimalkan penggunaan MCK++ yang ada. Dengan penggunaan energi terbaharukan ini maka biaya pengeluaran rumah tangga yang dikeluarkan akan berkurang dan dapat dialokasikan untuk kebutuhan lainya. dani@aksansi.org