Monitoring Sanitasi Kabupaten Seluma dan Kabupaten Muko Muko

Monitoring adalah kegiatan rutin yang selalu dilaksanakan oleh AKSANSI pasca implementasi program pemerintah terutama dalam bidang sarana sanitasi.

Adapun program-program pemerintah yang berkaitan dengan sarana sanitasi antara lain Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI), dan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM). Meskipun berbeda dalam segi pendanaan namun tujuan program tersebut dalam mensukseskan Universal Access sesuai dengan UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025, dalam arahan RPJPN tersebut pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi yang diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Pemenuhan kebutuhan dasar air minum dan sanitasi merupakan salah satu upaya untuk memenuhi prioritas dalam RPJMN 2015-2019, yaitu pencapaian daya saing kompetitif perekonomian dan kesejahteraan rakyat yang terus membaik, merata dan meningkat sebanding dengan tingkat kesejahteraan negara-negara berpenghasilan menengah. Capaian dan target nasional pada tahun 2019 adalah 100% (tersedianya air minum yang layak bagi masyarakat) – 0% (pemukiman kumuh) – 100% (tersedianya akses sanitasi yang layak bagi masyarakat).

Pelaksanaan monitoring ini dikhususkan pada sarana sanitasi yang terbangun pada tahun anggaran 2014 dan telah beroprasi minimal 6-1 tahun dengan fiber/sanfab. Dalam pelaksanaan kegiatan ini AKSANSI melakukan konfirmasi dengan memberikan surat pemberitahuan secara langsung terlebih dahulu kepada dinas terkait yaitu DPU Kota/Kabupaten tujuanya agar dinas bisa mengetahui apa dan untuk apa kegiatan ini berlangsung, serta berapa lama kegiatan ini berlangsung diwilayahnya. Setelah birokrasi dan perijinan disampaikan barulah tim AKSANSI mengunjungi lokasi MCK yang akan dilakukan monitoring.

Adapaun tahapan yang dilakukan oleh AKSANSI selama dilapangan antara lain ; pengisian form data update pengurus Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola sarana sanitasi yang telah terbangun (MCK), pengisian Global Monitoring Form (GMF) yang meliputi pengambilan sample effluent (air hasil olahan pada IPAL), pengukuran Ph dan Conductivity pada air effluent, pengukuran kadar alkalinity pada effluent, pengukuran tinggi lumpur pada tiap bak IPAL, pengukuran ketebalan sekam pada settler, dan pengukuran kadar Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- zat organik menjadi CO2 dan H2O yang terkandung dalam effluent.

Pelaksanaan kegiatan monitoring sanfab sendiri dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama pada tanggal 19-22 Agustus 2015 dilakukan monitoring diwilayah Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu terdiri dari 9KSM yang tersebar di 8 kecamatan dan 9 desa. KSM yang dimonitoring antara lain : KSM Harapan Bersama, KSM Danau Permai, KSM Sejahtera, KSM Sepakat, KSM Suka Makmur, KSM Serasan, KSM Tri Manunggal, KSM Batu Tunggal, dan KSM Mandiri Pariwisata, dari 9 lokasi KSM yang dikunjungi ada 2 lokasi yang sarana MCK nya tidak digunakan yaitu KSM Harapan Bersama dan KSM Sejahtera. Untuk KSM Harapan Bersama kendala yang dihadapi adalah sumber air yang ada diwilayah tersebut mengandung kadar besi serta air bercampur lumpur sehingga mengakibatkan pompa air rusak, untuk KSM Sejahtera permasalahan utamanya adalah lokasi tersebut pernah terkena banjir sehingga sarana MCK tidak digunakan serta tidak dirawat, kondisi fasilitas semuanya hancur, pintu kamar mandi dan toilet hilang, closet jongkok yang terpasang hancur dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga MCK menjadi mangkrak. Sungguh sangat disayangkan dengan lokasi yang berada dilingkungan pasar seharusnya keberadaan MCK ini bisa memberikan pemasukan yang lebih dari pada lokasi KSM yang lain yang ada di Kabupaten Seluma.

Selain itu sarana yang terbangun dengan dana pemerintah yang tidak sedikit hanya menjadi monumen dan tidak termanfaatkan. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus kepada pemerintah daerah setempat dalam setiap pelaksanaan program yang berkaitan dengan pembangunan sarana sanitasi lingkungan berbasis masyarakat, supaya sarana yang terbangun bisa tepat sasaran dan termanfaatkan.

Setelah melakukan monitoring di Kabupaten Seluma perjalanan dilanjutkan dengan jalur darat menuju wilayah Kabupaten Muko Muko yang berjarak 6jam dari Kota Bengkulu. Kegiatan dimulai pada tanggal 23-27 Agustus 2015 dengan jumlah lokasi sebanyak 15KSM yang tersebar di 8 kecamatan dan 14 desa. Adapun 15KSM yang dikunjungi sebagai berikut : KSM Cinta Sehat, KSM Thoharoh, KSM Baiturahman, KSM Karya Maju, KSM Sehat Ceria, KSM Nur Ikhsan, KSM Guyub Rukun, KSM Tirta Makmur, KSM Tanjung Wangi, KSM Sumber Abadi, KSM Bangun Jaya, KSM Serantak Maju, KSM Bina Bersama, KSM Lembaga Adat, dan KSM Pian Beringin. Dari 15 lokasi yang dikunjungi ada beberapa KSM yang menjadi sorotan yaitu KSM Tirta makmur yang dibangun pada 2013 yang berlokasi dilingkungan pondok.

Pada awalnya MCK yang dibangun digunakan oleh 200 orang santriwan pondok namun karena ada keluhan bau dan rusaknya pompa air sarana MCK tidak digunakan lagi, selain itu sarana MCK tidak pernah dilakukan pemeliharaan dan perawatan terutama pada IPAL, adanya sekam yang sudah mengeras pada setler 1 dan 2 sehingga sekam menyumbat aliran pada sekat dinding pemisah. Kemungkinan besar ini yang menyebabkan timbulnya bau yang menyengat ketika ada aktifitas di MCK, limbah toilet tidak mengalir lancar karena terhalang oleh sekam yang mengeras. Lokasi selanjutnya adalah KSM Pian Beringi, dilokasi ini kondisi bak outlet minim air dan bisa dikatakan kering, tidak ditemukan jawaban pasti atas temuan tersebut namun kemungkinan ketika pembangunan, bak IPAL tidak diisi air terlebih dahulu. Temuan terakhir berada di KSM Sumber Abadi, lokasi MCK berada dilingkungan masjid di sini ditemukan posisi IPAL yang sedikit menggantung, menurut penjelasan dari pengurus hal ini disebabkan karena kurang maksimal dalam pengisian air pada IPAL pada saat proses pemasangan, sehingga aliran inlet pada bak kontrol lebih rendah dari IPAL, kondisi ini menyebabkan aliran inlet ke IPAL kurang lancar serta tidak maksimal, air limbah yang masuk terkumpul di bak kontrol inlet setelah bak inlet penuh air limbah dapat masuk ke settler. Tidak hanya itu pipa buangan outlet terpasang seadanya dan tidak dialirkan ke saluran terbuka/selokan, sehingga air effluent menggenangi pinggiran IPAL sanfab dan bau.

Dari monitoring yang dilakukan diperoleh data yang nantinya akan direview selanjutnya di input, di analisa, dan disimpulkan. Data-data tersebut akan dimasukkan dalam database AKSANSI sebagai pegangan dalam melakukan kegiatan selanjutnya. Data yang telah diolah akan dilaporkan kepada penyedia dana dan dinas terkait yang menjadi penanggung jawab program pembangunan sarana sanitasi berbasis masyarakat yang tersebar diwilayah Kota/Kabupaten.

Selain data, juga akan dilampirkan rekomendasi dan temuan-temuan selama pelaksanaan monitoring yang akan disampaikan kepada dinas terkait kondisi sarana dan prasarana sanitasi yang telah terbangun, sehingga kedepan dinas terkait dapat lebih baik lagi dalam melakukan program yang sama ditahun-tahun selanjutnya. Tidak hanya itu harapan besar ditujukan kepada pemerintah daerah agar lebih selektif dalam melaksanakan program pembangunan sarana sanitasi, sehingga sarana yang memiliki umur antara 20-30th dapat berfungsi dengan baik, beroprasi secara maksimal dengan banyaknya pengguna, serta terawat dan terpelihara. dani@aksansi.org