Potensi Pengembangan Jaringan MCK Plus di Balong Asri, Kota Mojokerto

Pertemuan ini dilakukan di rumah bapak Mulyono dan dihadiri sekitar 20 Bapak-bapak perwakilan warga, beberapa lainnya tidak hadir dalam arisan karena acara lain.

Pada pertemuan ini, AKSANSI pusat diwakili oleh Dani, Denny dan Itsna dan Aksansi Daerah yang hadir adalah Ibu Atik, Ibu Riani dan Bapak Pangky. Agenda AKSANSI hari ini adalah melakukan penggalian data terkait kesehatan lingkungan terutama permasalahan Septic Tank warga. Dalam pertemuan ini juga dilakukan panduan pengisian kuisioner terkait dampak kesehatan, pengelolaan sampah dan penggalian data Sanitasi (Septic tank, sumber air bersih dan air limbah).

Aksansi Daerah membuka acara dengan memberikan pengantar terkait sarana pengolahan air limbah SANIMAS yang kini sudah sangat berkurang dalam jumlah penggunanya. Acara ini juga menyambungkan dengan sosialisasi yang sebelumnya pernah dilakukan terkait penambahan sambungan perpipaan rumah tangga di wilayah Balog Asri. Aksansi Pusat diwakili denny melakukan penjelasan terkait sarana SANIMAS yang memiliki kapasitas 200 – 400 pengguna tetapi pada saat ini hanya digunakan oleh sekitar 25 orang saja. Asumsi yang ada adalah sekarang warga sudah memiliki sarana sanitasi sendiri yang mungkin dibangun secara swadaya ataupun merupakan bentuk sumbangan dari stakeholder tertentu. Pertemuan ini juga digunakan untuk melihat bagaimana pengertian warga terkait septic tank dan kesehatan ligkungan. Pertanyaan seputar bentuk, kualitas dan fungsi “Septic Tank” ditanyakan untuk menyamakan persepsi sekaligus membuka pengetahuan warga terkait bagaimana septic tank yang baik dan pengaruhnya terhadap sanitasi dan kesehatan lingkungannya.

Terdapat gap pada kondisi ekonomi antara RT 1 dengan RT 2 dan RT 3. Warga yang tinggal di RT 1 rata-rata memiliki rumah yang cukup besar dengan status kepemilikan lahan pribadi, lingkungan bersih, tertata rapi dan sudah dilengkapi dengan jamban pada masing-masing rumah (RT 1 dijadkan percontohan dan diajukan lomba rumah bersih dengan tanaman hias di lingkungan rumah). RT 2 dan RT 3 rata-rata memiliki rumah yang lebih kecil dan hampir 50% warganya adalah penyewa lahan dan penyewa rumah, sehingga tidak membuat jamban di rumah.

Kondisi selokan di balong asri cukup buruk, terdapat genangan air yang keruh, banyak endapan dan ber bau. Genangan pada selokan utama juga tampak kotor dan berbau. Warga beralasan bahwa selokan tersebut sengaja dibendung untuk keperuan pengairan. Tinggi selokan utama tampak lebih tinggi dari selokan di lingkungan balong asri.

Warga menggunakan sumur bor dan pompa dengan kedalaman rata-rata 16 m. Muka air tanah sangat tinggi sehingga rawan kontaminasi baik dari septic tank ataupun selokan sekitar. Dari hasil tanya jawab, tidak ada laporan warga yang terserang penyakit berat karena kondisi air.  Hal ini diyakan oleh tenaga sanitarian RT 2 karena selama beliau tinggal memang hampir tidak ditemui penyakit diare akut, hanya penyakit umum seperti flu saja. Sebagian besar warga menggunakan air minum galon untuk keperluan sehari-hari karena mereka sudah sadar bahwa air tanak mojokerto tidak layak konsumsi. Hanya beberapa warga yang kurang mampu dan orang tua saja yang masih menggunakan air minum dari air tanah dengan merebusnya terlebih dahulu karena mereka membutuhkan air minum hangat.

Walaupun warga sebagian warga siap untuk menyumbangkan tenaga jika ada proyek sambungan sanitasi, sebagian besar yang sudah memiliki Septic Tank sendiri tidak ingin untuk membongkar lantai dan karena merasa bahwa hal tersebut akan menyusahkan warga sendiri. Mereka sudah merasa cukup yakin degan “Septic Tank” masing-masing karena belum pernah penuh sehingga tidak perlu menguras apalagi menyambungkannya kepada IPAL yang ada. Iuran akan dirasa sangat memberatkan karena kondisi ekonomi yang pas pasan dan iuran lain sudah banyak.