Sanitasi Award Kota Bogor 2014

Sebutan sebagai “Kota Hujan” untuk Kota Bogor memang tidaklah salah, selama 4 hari berada di Kota Bogor dalam rangka pelaksanaan Sanitasi Award Kota Bogor 2014, setiap hari hujan mengguyur kota yang beriklim dingin tersebut.

Kota Bogor merupakan daerah daratan tinggi yang rata-rata mencapai ketinggian 190 – 330 meter dari permukaan laut, sehingga untuk pembangunan ipal di daerah ini elevasi tanah bukanlah menjadi suatu kendala/masalah. Di Kota Bogor sendiri, ipal yang sudah dibangun sampai saat ini sudah mencapai ± 49 lokasi yang tersebar di seluruh kecamatan, yang tentunya jumlah ini sangatlah tidak sedikit, mengingat memang sangat penting manfaat yang bisa dirasakan oleh penduduk masyarakat Kota Bogor pada umumnya. Hal ini, menjadi perhatian khusus bagi Pemda setempat, terlebih dari instansi Bappeda Kota Bogor, untuk memberi apresiasi / penghargaan kepada KSM yang menjaga dan merawat ipalnya dengan baik dan benar, maka dari itu di adakan event Sanitasi Award Kota Bogor 2014, yang mana event ini bertujuan untuk memberi dorongan semangat kepada semua KSM agar selalu menjaga dan menumbuhkan kesadaran kepada penggunanya akan pentingnya sarana ipal tersebut sehingga bisa terus berkelanjutan. Penilaian Sanitasi Award Kota Bogor dilaksanakan selama dua hari, yakni pada hari Rabu, 28 Mei 2014 dan pada hari Jum’at, 30 Mei 2014.

Meskipun jumlah KSM yang ada di Kota Bogor mencapai angka 49 KSM tetapi yang diikut-sertakan dalam penilaian Sanitasi Award Kota Bogor ini hanya 17 KSM, untuk ipal yang dibangun pada tahun 2013, tidak boleh diikutkan dalam event tersebut dikarenakan usia ipal yang masih sangat baru, sehingga ada anggapan pasti semua sarana dan pra-sarananya masih bagus kualitasnya (walaupun kenyataannya usia ipal tidak menjamin tingkat keberlanjutan dari ipal itu sendiri), kemudian jumlah ipal yang dibangun sebelum tahun 2013 ada 26 lokasi (26 KSM), diperkecil lagi menjadi hanya 17 KSM yang dilibatkan dalam event ini dengan alasan tidak semua KSM siap untuk mengikuti Sanitasi Award Kota Bogor 2014 (padahal sebenarnya kesiapan KSM tergantung dari KSM itu sendiri, bagaimana para pengurus KSM melakukan tugas sesuai fungsinya masing-masing dan sesuai prosedur OM, apabila semua dilakukan secara berkala dan terus menerus seharusnya KSM tidak ada kata “tidak siap”  jika akan dilakukan penilaian, kapanpun itu selalu bersedia). Kenyataannya lagi, dari 17 KSM yang katanya “siap” untuk dinilai toh ada juga yang ternyata tidak sesiap seperti yang mereka katakan, masih banyak juga temuan di lapangan yang KSMnya tidak melakukan OM secara benar, banyak manhole yang tidak pernah di buka untuk dilakukan perawatan, banyak yang sekamnya sudah tebal tetapi tidak dibuang, sampah di dalam ipal juga tidak dibersihkan, belum lagi ada temuan-temuan lain yang tidak dilakukan oleh pengurus KSM.

Yang paling disayangkan adalah banyak KSM yang tidak menarik iuran dari pengguna, hampir sebagian besar KSM tidak menetapkan besarnya iuran yang harus dibayar oleh pengguna, sebagian kecil bersifat sukarela, padahal iuran sangat penting untuk keberlangsungan ipal itu sendiri, dengan adanya iuran KSM bisa melakukan banyak hal, misalnya untuk membayar upah operator, karena jika ada operator maka sarana yang ada jauh lebih bisa terawat, ada yang melakukan OM setiap saat, selain itu dengan iuran KSM bisa menutupi seluruh pengeluaran yang dibutuhkan setiap bulannya, misalnya untuk biaya perbaikan jika ada sarana yang rusak, untuk membeli peralatan & perlengkapan yang dibutuhkan dalam melakukan OM, dan masih banyak hal lain sebagainya, belum lagi jika kedepannya akan dilakukan pengurasan, maka dari iuranlah KSM bisa membayar biaya pengurasan, mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan jika akan dilakukan pengurasan (desludge), hal-hal seperti ini yang mungkin menurut KSM hanya sepele tetapi sebenarnya banyak hal besar yang bisa dilakukan dari hal kecil tersebut. Memang ada beberapa KSM di Kota Bogor yang memperoleh pendapatan dari hasil penjualan isi ulang air mineral RO, sebagian lagi dari hasil pencucian kendaraan bermotor (steam), namun tentunya harus kembali lagi ke fungsi awal KSM, ada ipal karena ada pengguna, ipal akan berlanjut tergantung dari penggunanya, jadi semua saling berkaitan.

Tujuan utama diadakannya Sanitasi Award sebenarnya lebih kepada terus adanya interaksi / komunikasi antara Pemda setempat dengan KSM, selalu ada informasi yang intens, update dan valid, sehingga KSM selalu merasa terus diperhatikan oleh Pemda, tidak dilepaskan begitu saja, meskipun kepengurusan sepenuhnya diserahkan kepada KSM yang notabenenya bagian dari masyarakat itu sendiri, tetapi terus mendapatkan bimbingan dan selalu di dampingi oleh Pemda. Dengan demikian ipal yang sudah dibangun akan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara nyata dan menyeluruh.